Santa Louisa de Marillac
Luisa tergolong anak malang. Ibunya meninggal dunia ketika ia baru berumur tiga tahun. Ayahnya menikah lagi dengan seorang janda dengan empat orang anak dan perkembangannya tidak dipedulikan. Setelah beberapa tahun, ia dimasukkan ke sebuah asrama putri, milik suster-suster. Disinilah mulai tumbuh minatnya pada kehidupan membiara. Tetapi karena kesehatannya selalu terganggu, ia keluar lagi dari asrama itu.
Pada umur 22 tahun, ia menikah dengan seorang pemuda bernama Antonius Legras, sekretaris istana Ratu Prancis. Kepada mereka, Tuhan mengaruniakan seorang anak laki-laki yang dibaptis dengan nama Mikhael. Sebagai ibu rumah tangga, Luisa selalu melayani suami dan anaknya dengan penuh cinta. Meski demikian kesulitan keluarga sering dialaminya. Suaminya sering tidak berada di rumah karena tuntutan tugasnya. Sedangkan dia merasa berat menangani anaknya seorang diri.
Kekuatiran akan kemerosotan hidup rohaninya menjadi sumber ketakutan lain baginya. Untuk mengatasi hal itu, ia giat melakukan pekerjaan amal dan rajin berdoa.
Pada hari raya Pentakosta tahun 1623, ia mendengar suara ajaib yang memberitahukan tentang kehidupan nya di masa mendatang sebagai salah seorang anggota sebuah serikat religius yang mengabdikan diri kepada kaum miskin. Suara itu pun menjanjikan kepadanya seorang bapa pengakuan yang saleh. Dalam suatu penglihatan, ia menyaksikan sejumlah besar suster keluar masuk sebuah biara. Penghilatan ini akhirnya menjadi kenyataan baginya.
Pada tahun 1625 ketika suaminya meninggal dunia, Luisa mulai memasuki hidup baru seperti dikatakan oleh suara ajaib itu. Tuhan mengirimkan Santo Vinsensius a Paulo sebagai bapa pengakuannya. Oleh Vinsensius, ia ditugaskan untuk mengambil bagian dalam aksi amal di Perancis. Pada tahun 1633, Vinsensius menugaskan Louisa mendidik gadis-gadis agar kemudian mendampinginya dalam karya amal itu.
Tugas ini menjadikan dia pembina dan ibu bagi sebuah tarekat baru : Tarekat Putri-Putri Kasih. Tarekat ini berkembang pesat dan menyebar ke seluruh pelosok Perancis, Italia dan Polandia. Mereka mengabdikan diri secara khusus pada pelayanan orang-orang sakit. Louisa tetap menjadi pimpinan dan pembina tarekat ini selama 35 tahun.
Sebelum menghembuskan nafasnya pada tanggal 15 Maret 1660, ia berpesan kepada para susternya agar selalu bermurah hati penuh cinta kepada kaum miskin. Sebab di dalam mereka, Kristus tampak secara paling nyata.